Mediatrip.id – Kuah Beulangong adalah makanan tradisional masyarakat Aceh. Makanan ini sering dijumpai bersamaan dengan perayaan hari-hari besar agama Islam. Mungkin diantara anda ada yang baru mengetahui makanan yang satu ini.
Kuah beulangong merupakan masakan tradisional khas Aceh, tepatnya berasal dari Aceh Besar. Daging yang digunakan pada masakan ini biasanya berupa daging sapi, kambing dan kerbau.
Nama Beulangong berasal dari nama belanga yang artinya kuali besar. Masyarakat Aceh memasak kuah beulangong ini dalam porsi besar sehingga membutuhkan kuali besar untuk menampung sekitar 200 porsi.
Dibutuhkan waktu sekitar dua jam dan banyak tenaga untuk memasaknya. Selain itu, masakan khas Aceh yang satu ini juga mengkhususkan para kaum lelaki untuk memasaknya, sebagai salah satu filosofi yang melatar belakangi kuliner ini.
Kuah ini biasa disajikan pada acara buka puasa atau perayaan hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad, serta sering juga digunakan sebagai menu utama acara pesta tetapi daging kambing diganti dengan daging sapi.
Sejarah Kuah Beulangong
Seperti dikutip dari Kemendikbud, Kuah Beulangong punya sejarah tersendiri. Pada tahun 60-an, terjadi proses perdagangan yang membawa pedagang dari Gujaret (India) yang masuk ke Aceh, dimana menjadi tempat persinggahan pertama mereka di negara Indonesia. Tujuan awal mereka adalah untuk menyebarkan agama Islam sekaligus menyerap kebudayaan, salah satu nya adalah kuliner.
Para pedagang ini sempat tinggal beberapa lama di Aceh untuk menyebarkan agama Islam di Aceh, tepatnya di Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, dan sebagian wilayah Aceh Barat.
Kuah Blang sudah sejak dulu menjadi tradisi kuliner bagi masyarakat Aceh daalam memeriahkan dan menyambut musim tanam padi datang. Sebelum masa turun ke sawah, terlebih dulu diadakan syukuran memohon kepada Yang Maha Kuasa agar hasil padinya mereka bagus, dijauhkan dari gangguan hama dan panen seperti yang diharapkan. Hajatan ini disebut sebagai Kenduri Blang (syukuran turun ke sawah). (*)